Ahad, 29 Juni 2025 adalah hari ketika langkah kami dari Markaz Hidayah Qur’an (MHQ) menapaki sebuah lembaga yang sedang tumbuh menjadi harapan peradaban Islam global: Bonyan International Islamic University (BIIU) di Lebak, Banten. Kampus yang berdiri di tengah perbukitan ini ternyata bukan hanya tempat belajar, tapi juga tempat membuka mata dan hati.
Awalnya saya mengira udara Banten akan menyambut kami dengan panasnya khas pesisir. Tapi begitu sampai di gerbang kampus, justru terasa seperti sedang berada di puncak yang sejuk, hening, dan khusyuk. Pemandangannya tak hanya memanjakan mata, tapi membawa makna — bahwa ilmu dan ketenangan hati ternyata bisa hidup bersama.
Kami disambut langsung oleh Dr. Alaa Lubadah, yang menjelaskan visi Bonyan dengan nada penuh harap: “Menjadi perguruan tinggi yang mampu menghasilkan ulama mapan dan mahir sesuai dengan standar akademik internasional.” Visi itu bukan sekadar teks, sebab seluruh kampus terasa sedang bergerak ke arah sana.
Yang membekas dalam hati saya bukan hanya sambutan, tapi budaya belajar yang begitu kental. Hampir di setiap sudut kelas dan masjid, saya melihat mahasiswa yang begitu serius dalam menuntut ilmu. Tak ada sudut kosong dari aktivitas ilmiah. Bahkan, saya menyaksikan seorang mahasiswa yang diminta langsung menguji hafalannya — dan ia mampu menjawab soal yang diuji dari 30 juz Al-Qur’an dengan lancar, penuh penghayatan! Usaha yang nyata, hasil yang tak berbohong.
Tapi yang paling menggugah hati saya justru momen-momen kemanusiaan dan persaudaraan. Di Bonyan, para mahasiswa berasal dari lebih dari 20 negara: Asia, Afrika, Eropa, bahkan Amerika. Tapi mereka semua hidup dalam satu lingkungan harmonis, dengan satu bahasa persaudaraan: bahasa Arab. Saya langsung teringat kisah Muhajirin dan Anshar — dan hari itu, saya ingin menyebut tempat ini: Madinah van Java.
Saya menyadari, di sinilah Islam menunjukkan wajah terindahnya. Tanpa tanya darimana engkau berasal, tanpa hirau ras dan warna kulit. Cukup satu syahadat, maka kita bersaudara.Sebagai utusan resmi dari Markaz Hidayah Qur’an, kunjungan ini bukan sekadar observasi. Kami sedang mempersiapkan langkah besar: kerjasama beasiswa eksklusif antara MHQ dan Bonyan. Insya Allah, tiap tahun akan ada santri MHQ yang belajar di sini — menjemput ilmu, menyulam peradaban.
Saya pribadi hanya bisa berharap agar suasana yang saya lihat di Bonyan bisa menjadi cermin untuk ormas, pesantren, dan lembaga Islam di Indonesia: bahwa kita bisa bersatu di atas ilmu dan adab, bukan hanya di atas identitas sempit.
Kunjungan ini bukan akhir dari perjalanan. Justru baru awal dari hijrah intelektual dan spiritual kita. Semoga Allah memudahkan langkah semua lembaga Islam yang serius mendidik umat untuk masa depan — dan menjadikan kita bagian dari bangunan (بنيان) umat yang kokoh dan menyatu.
اللهم اجعلنا من الذين استمعوا القول فاتبعوا أحسنه