Holiday With Qur'an 2025: Liburan penuh cahaya di tengah gempuran gadget

Liburan sekolah selalu ditunggu-tunggu, baik oleh orang tua murid maupun oleh para murid sendiri. Semua bahagia, tapi ada satu keluhan mendasar dari para orang tua: anak-anak mereka cenderung tenggelam dalam dunia onlinenya. Bukan berarti gadget selalu membawa keburukan, hanya saja bagi anak di bawah umur, hal ini cenderung rawan. Pada umumnya, begitulah tantangan kebahagiaan liburan bagi para ayah-bunda. Untuk menjawab keresahan ini, Madrasah Qur’an Center bekerja sama dengan DKM Musholla Al-Jannah Maharaja Depok dengan mengadakan acara serupa pesantren kilat yang bernama “Holiday with Qur’an”. Dengan mengundang santri dari Madrasah Qur’an Center dan TPQ Al-Jannah, alhamdulillah acara yang diadakan pada Selasa, 7 Juni 2025 itu bisa berjalan dengan lancar dan meriah. Dihadiri oleh lebih dari 80 anak, mulai dari usia 5 hingga 13 tahun. “Holiday with Qur’an ini bisa lahir karena memang orang tua murid langsung yang meminta agar diadakan acara seperti ini. Maka kami ambil tema HOLIDAY WITH QUR’AN ini, agar anak-anak tetap terus berinteraksi dengan Al-Qur’an kapan pun itu, tentunya dengan cara yang menyenangkan,” tutur Ketua Panitia, Ustadzah Ramisah.
Saya sampai di Musholla Al-Jannah Maharaja Depok sekitar pukul 09.00 pagi. Begitu menginjakkan kaki di beranda musholla, suasana menuntut ilmu langsung terasa—penuh warna dan kehebohan. Anak-anak sedang muroja’ah bersama dalam kelompok belajar dengan gembira. Pertemuan dengan teman-teman baru jelas membuat mereka semakin antusias. Menghafalkan hadits tak lagi terasa membosankan, apalagi ditemani canda tawa serta dukungan hangat dari para panitia. “Seru! Kalau ada lagi nanti aku mau ikut! Jadi tempat buat aku cari teman baru juga!” begitu komentar polos dari Noska, peserta berusia 10 tahun. Membaca dan menghafal Al-Qur’an yang biasanya membosankan, jadi begitu menarik bagi Noska. Tak heran, acara ini dibalut dengan ketulusan dan kreativitas para panitia.
Salah satu kegiatan yang menarik dalam acara ini adalah: anak-anak diajak memahami ayat Al-Qur’an lewat eksperimen langsung! Dengan membawa dalil QS Al-Furqan ayat 53, panitia memberikan eksperimen air dan telur. Mereka menyaksikan secara langsung bagaimana telur bisa tenggelam di air tawar tapi terangkat di air asin. “Lihat!” kata salah satu ustadz, “jika hidup kita kosong dari nilai, kita akan karam. Tapi saat kita berada di lingkungan yang ‘asin’—penuh nilai Qur’an dan iman—maka kita akan terangkat.”
Itulah kekuasaan Allah yang kita lihat, bukan hanya di lautan, tapi juga di gelas kecil ini.
Selain itu, ada juga games yang menarik namun tetap berbobot. Game puzzle ayat, di mana para peserta menyusun potongan ayat sesuai kelompok masing-masing. Dalam game ini, anak-anak dilatih untuk mengoptimalkan daya ingat mereka. Puzzle yang mereka susun bukan sekadar permainan menyatukan kotak-kotak terpisah, tapi juga menjadi bekal kehidupan. Karena sejatinya hidup ini tak ubahnya seperti puzzle: potongan dan serpihan kehidupan perlahan akan mereka temui dan susun sendiri. Ketika serpihan itu utuh, utuh pula perjalanan yang tak bertepi dan tak berujung ini. Tidakkah kau bosan jika terus berjalan dalam kehampaan? Maka taburkanlah jalanmu dengan garam kehidupan-keimanan. Meski mungkin terasa asin, itu jelas lebih baik daripada kehampaan yang menerpa.
Saya pulang dengan perasaan ringan, penuh harapan. Mungkin ini hanya acara sederhana, tapi bagi saya ini bukan sekadar pengisi liburan—ini penjaga cahaya. Dalam riang tawa mereka tertanam harapan, mengungkap nilai Qur’ani tentang kebersamaan. Dalam teriakan kecil mereka tersimpan semangat jihad, menyingkap tabir keemasan Islam di masa lampau, yang kelak akan membawa mereka kepada kebesaran di masa mendatang. Mungkin ini hanya acara kecil di sebuah ruang publik, tapi jika direnungkan sejenak, mampukah kita menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana yang tersimpan dalam benak? Sejauh mana kedewasaan kita mampu menyaingi ketulusan mereka? Setinggi apa kekayaan dan kemegahan material yang kita banggakan, mampu membawa kita pergi meninggalkan dunia yang fana dan hina? Begitu berkabutkah kesadaran kita untuk mengakui bahwa kita seringkali melupakan muasal agama? Tentang ketulusan itu?
Tawa riang, sesak tangis, dan celotehan tak henti mereka, kini menyadarkanku—kalau ternyata aku, kau, kita, seringkali lupa dan abai.
Maka sekarang, kawan, lihatlah bagaimana anak kecil beragama—kemudian tirulah. Lupakan semua retorika dan logika yang kita sembunyikan. Memangnya hidupmu akan sampai kapan? Seratus tahun? Dua ratus tahun? Inginkah kau menjadi kakek tua, lumpuh dan buta, yang tak lagi bisa melihat indahnya pelangi? Yang telah lupa bagaimana nikmatnya berlarian di padang sabana? Maka mulai hari ini, berjalanlah menuju Tuhanmu. Karena Dia akan datang padamu dengan berlari. Bukankah itu janji suci yang Nabi SAW beritakan pada kita? Sejatinya, hari ini kita belajar banyak dari anak-anak itu! Kita mendorong mereka meluangkan waktu liburan yang mereka tunggu-tunggu. Maka tak malukah kita jika ternyata kita sendiri justru melupakan tilawah dan wirid harian kita? Maka sekarang, kembalilah, dan peluk Qur’anmu sebelum terlambat.
Mungkin sebenarnya… inilah pesan yang ingin para panitia sampaikan.
MADRASAH QUR’AN CENTER: HAFAL QUR’AN SEJAK USIA DINI



